Senin, 07 Mei 2012

Zainuddin MZ

Zainuddin MZ
 
Lahir    Zainuddin Hamidi
2 Maret 1952
Jakarta, Indonesia

Meninggal    5 Juli 2011 (umur 59)
Jakarta, Indonesia

Pekerjaan    Penceramah
Politisi
Partai politik    Partai Persatuan Pembangunan
Partai Bintang Reformasi

Agama    Islam
Kiai Haji Zainuddin Hamidi atau dikenal sebagai K.H. Zainuddin MZ[1] (lahir di Jakarta, 2 Maret 1952 – meninggal di Jakarta, 5 Juli 2011 pada umur 59 tahun) adalah seorang pemuka agama Islam di Indonesia yang populer melalui ceramah-ceramahnya di radio dan televisi. Julukannya adalah "Da'i Sejuta Umat" karena dakwahnya yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Ia pernah menjabat sebagai ketua umum Partai Bintang Reformasi, kemudian digantikan oleh Bursah Zarnubi.
Seiring pergantian tersebut, terjadilan friksi di dalam partai. Zainuddin yang pernah aktif di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kemudian dikabarkan kembali ke partai berlambang Ka'bah itu atas tawaran Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PPP Suryadharma Ali. Zainuddin menempuh pendidikan tinggi di IAIN Syarif Hidayatullah dan berhasil mendapatkan gelar doktor honoris causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
•   
Masa kecil
Zainuddin merupakan anak tunggal buah cinta pasangan Turmudzi dan Zainabun dari keluarga Betawi asli. Sejak kecil memang sudah nampak mahir berpidato. Udin -nama panggilan keluarganya- suka naik ke atas meja untuk berpidato di depan tamu yang berkunjung ke rumah kakeknya. ‘Kenakalan’ berpidatonya itu tersalurkan ketika mulai masuk Madrasah Tsanawiyah hingga tamat Madrasah Aliyah di Darul Ma’arif, Jakarta. Di sekolah ini ia belajar pidato dalam forum Ta’limul Muhadharah (belajar berpidato). Kebiasaannya membanyol dan mendongeng terus berkembang. Setiap kali tampil, ia memukau teman-temannya. Kemampuannya itu terus terasah, berbarengan permintaan ceramah yang terus mengalir.
Karier
Karena ceramahnya sering dihadiri puluhan ribu ummat, maka tak salah kalau pers menjulukinya ‘Da'i Sejuta Umat’. Suami Hj. Kholilah ini semakin dikenal masyarakat ketika ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya beredar bukan saja di seluruh pelosok Nusantara, tapi juga ke beberapa negara Asia. Sejak itu, da’i yang punya hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut ini mulai dilirik oleh beberapa stasiun televisi. Bahkan dikontrak oleh sebuah biro perjalanan haji yang bekerjasama dengan televisi swasta bersafari bersama artis ke berbagai daerah yang disebut "Nada dan Dakwah".
Kepiawaian ceramahnya sempat mengantarkan Zainuddin ke dunia politik. Pada tahun 1977-1982 ia bergabung dengan partai berlambang Ka’bah (PPP). Jabatannya pun bertambah, selain da’i juga sebagai politikus. Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak bisa dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua umum PBNU itu salah seorang deklarator PPP. Dia mengaku lama nyantri di Ponpes Idham Khalid yang berada di bilangan Cipete, yang belakangan identik sebagai kubu dalam NU.
Sebelum masuk DPP, dia sudah menjadi pengurus aktif PPP, yakni menjadi anggota dewan penasihat DPW DKI Jakarta. Lebih jauh lagi, berkat kelihaiannya mengomunikasikan ajaran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan dibumbui humor segar, partai yang merupakan fusi beberapa partai Islam itu jauh-jauh hari (sejak Pemilu 1977) sudah memanfaatkannya sebagai vote-getter. Bersama Raja Dangdut Rhoma Irama, Zainuddin berkeliling berbagai wilayah mengampanyekan partai yang saat itu bergambar Ka’bah -sebelum berganti gambar bintang. Hasil yang diperoleh sangat signifikan dan memengaruhi dominasi Golkar. Tak ayal, kondisi itu membuat penguasa Orde Baru waswas. Totalitas Zainuddin untuk PPP bisa dirunut dari latar belakangnya. Pertama, secara kultural dia warga nahdliyin, atau menjadi bagian dari keluarga besar NU. Dengan posisinya tersebut, dia ingin memperjuangkan NU yang saat itu menjadi bagian dari fusi PPP yang dipaksakan Orde Baru pada 5 Januari 1971. Untuk diketahui, ormas lain yang menjadi bagian fusi itu, antara lain, Muslimin Indonesia (MI), Perti, dan PSII.
Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak bisa dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua umum PB NU itu salah seorang deklarator PPP. Pada 20 Januari 2002 K.H. Zainudiin M.Z. bersama rekan-rekannya mendeklarasikan PPP Reformasi yang kemudian berubah nama menjadi Partai Bintang Reformasi dalam Muktamar Luar Biasa pada 8-9 April 2003 di Jakarta. Ia juga secara resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh partai ini. Zainuddin MZ menjabat sebagai Ketua umum PBR sampai tahun 2006.
Zainuddin kembali fokus untuk menebarkan dakwah dan kembali berada di tengah-tengah umat.
Pada tahun 2010, KH Zainuddin MZ dituduh oleh seorang gadis bernama Aida Saskia yang mengaku bahwa Zainuddin MZ telah merenggut keperawanannya. Aida Saskia mengaku peristiwa memalukan itu terjadi saat usianya baru 16 tahun. Awalnya Zainuddin mengajaknya untuk makan di rumah makan di kawasan Puncak, Bogor. Kedua orangtua Aida pun mengizinkannya. Namun saat tiba di tujuan, Zainuddin MZ mengatakan kalau restoran itu penuh. Dai yang pernah memimpin Partai Bintang Reformasi itu pun kemudian mengajak Aida Saskia ke sebuah villa yang terletak di sebelah restoran.
Setelah makanan dari restoran datang, Zainuddin MZ pamit pada Aida Saskia untuk mandi. Beberapa saat kemudian Zainuddin MZ terus berteriak minta tolong diambilkan handuk. Aida Saskia memberikan handuk dengan posisi balik badan. Di situlah Aida Saskia didorong ke tempat tidur dan terjadi hal yang tidak diinginkan Aida Saskia.
Aida Saskia mengaku punya saksi dan bukti yang memperkuat pengakuannya di atas. Saksinya adalah penjaga villa yang pernah didatangi Aida Saskia dan Zainuddin MZ. Perempuan kelahiran 6 Juli 1985 itu juga punya foto dirinya dan dai sejuta umat tersebut. Aida Saskia baru buka suara pada ayah dan ibunya tiga tahun lalu. Saat itu, orangtua Aida Saskia pun langsung memanggil Zainuddin MZ yang mengakui dan mengatakan khilaf. Zainuddin MZ menjanjikan akan membelikan rumah dan mobil dan minta supaya hal tersebut ditutup karena khilaf. Meski sudah direnggut keperawanannya oleh Zainuddin MZ, Aida Saskia menolak dinikahi. Ia tidak mau karena saat itu dai asal Jakarta itu sudah punya anak dan istri.[2]
Kabar menyatakan bahwa Aida Saskia dan Zainuddin sempat nikah siri di Mekah. Bahkan untuk pernikahan itu Zainuddin rela menceraikan dua istri sebelumnya, Siti Khairunisa dan Hajah Rostiati demi mendapatkan gadis yang saat itu masih berusia 17 tahun. Namun, sang penyanyi dangdut membantah kabar ini, karena dirinya menolak dinikahi walaupun Aida Saskia sempat dilamar sang da'i.
Pada tanggal 9 Nopember 2010, Zainuddin sepakat untuk minta maaf pada Aida Saskia yang menuduhnya melakukan pemerkosaan itu. Permintaan maaf dari Zainuddin tersebut merupakan bagian dari draft perdamaian yang telah disepakatinya dengan Aida Saskia. Zainuddin akan meminta maaf atas semua kekeliruan dan kesalahannya baik melalui pernyataan ataupun tindakannya pada Aida Saskia. Dalam jumpa pers itu juga akan dibacakan isi draft perdamaian antara kedua orang yang berseteru tersebut.[3] Ada enam poin yang disampaikan dalam surat. Berikut enam poin tersebut:
1. Bahwa kami ucapkan terima kasih atas kehadiran teman2 pers/media baik cetak maupun elektronik yg telah hadir disini berpartisipasi yang sangat tinggi untuk mengetahui perkebangan kasus antara nona Aida Saskia dengan sdr KH Zainudin MZ
2. Bahwa untuk diketahui oleh semua pihak (masyarakat umum), saya Alamsyah Hanafiah selaku kuasa hukum dari Aida Saskia/dengan nama lengkap Ida Farida MEMBERITAHUKAN dan MENGUMUMKAN bahwa pada hari selasa tanggal 2 november 2010 telah dibuat SURAT PENYATAAN PERDAMAIAN antara nona Aida Saskia dengan sdr KH Zainudin MZ untuk mengakhiri sengketa diantara para pihak tersebut
3. Bahwa kedua belah pihak telah sepakat menutup persoalan ini dan keduanya telah saling memaafkan atas segala kesalahan, kekeliruan, dan kekhilafan yg terjadi selama ini, baik yg menyangkut ucapan, pernyataan dan perbuatan serta tindakan
4. Bahwa kesepakatan untuk melakukan 'ISLAH' ini bukan karena adanya kompensasi tertentu dari pihak sdr. KH Zainudin MZ, melainkan semata-mata karena berdasarkan asas kekeluargaan dan keimanan serta adanya dorongan/imbauan dari sejumlah TOKOH, PARA ULAMA dan agar secepatnya dilaksanakan 'ISLAH'
5. Maka saya Alamsyah Hanafiah selaku kuasa hukum dari nona Aida Saskia memohon maaf kepada masyarakat Indonesia atas berita yang tidak mengenakan didengar dalam kasus persengketaan antara sdri. Aida Saskia dgn sdr. KH Zainudin MZ, akan tetapi hal ini harus saya sampaikan dan dipublikasikan walaupun pahit, karena pada saat itu mereka berdua masih dalam keadaan bersengketa dan pada hari ini mereka berdua berdasarkan kesepakatan telah mengakhiri sengketa tersebut, sehingga tidak ada lagi pemberitaan mengenai sengketa kedua belah pihak tersebut di kemudian hari
6. Bahwa dengan di tanda tanganinya akta perdamaian oleh sdri Aida Saskia dan sdr KH. Zainudin MZ, maka telah berakhir sengketa antara kedua belah pihak, dan para pihak menyatakan tidak saling menuntut lagi secara PIDANA maupun PERDATA[4]
Meninggal dunia
Zainuddin meninggal dunia pada 5 Juli 2011 dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Pusat Pertamina, karena serangan jantung dan gula darah.[5] Beliau meninggal setelah sarapan bersama keluarga di rumahnya Gandaria I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Pendidikan
•    S-1 IAIN Syarif Hidayatullah
•    D.r.h.c. Universitas Kebangsaan Malaysia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar